Orang Jawa jangan coba-coba lakukan hal ini!


Orang Jawa jangan coba-coba lakukan hal ini!

Bagi orang Jawa khususnya orangtua, ungkapan 'Ora Elok' menjadi salah satu kata mujarab untuk mengingatkan sesuatu kepada anak-anaknya. Kata 'Ora Elok' bermakna tidak boleh, tidak baik, atau tidak sopan.

"Manggon neng tanah Jawa kudu gawe adat Jawa (Tinggal di tanah Jawa harus menggunakan adat Jawa)," ujar Tokoh Masyarakat Jawa, Samini (65 tahun) saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Kamis (24/3).

Masyarakat Jawa dikenal banyak memiliki aturan dan perhitungan. Yang mana dalam aturan tidak tertulis tersebut, ungkapan 'Ora Elok' seringkali keluar saat orang tua memberikan nasihat-nasihatnya.

Bukan tanpa sebab orang-orang Jawa memberikan nasihat dengan menggunakan ungkapan 'Ora Elok'. Menurut dia, 'Wong Jawa panggonane semu', maka dalam memberikan pitutur atau nasihat khususnya sopan santun, para sesepuh orang Jawa dulu juga tidak langsung mengatakan 'Jangan..karena..atau jangan..nanti..' secara jelas.

Dalam beberapa kalimat yang didahului kata 'Ora Elok' terdapat nasihat yang terselip dan benar meski kadang kala disertai alasan tidak logis. "Namun juga ada yang benar-benar ora tinemu nalar alias benar-benar tidak logis," terang Samini.

"Pitutur orang tua adalah pelajaran yang baik walaupun terkadang penuh sanepo atau bebasan. Jadi tidak menjurus langsung," tambahnya.

Berikut beberapa nasihat yang menggunakan ungkapan 'Ora Elok' dan dilarang oleh orang Jawa:


1.
Tidak bagus duduk di tengah pintu

Orang-orang tua Jawa melarang anaknya duduk di tengah pintu. Terlebih jika yang duduk di tengah pintu tersebut, anak gadisnya.

Bukan tanpa sebab orang Jawa menggunakan ungkapan 'Ora elok' melarang anak gadisnya duduk di pintu. Hal tersebut dipercayai akan menyulitkan anak gadis tersebut mendapatkan jodoh.

"Lawang kan go liwat masak dilungguhi, ganggu wong sing arep liwat (Pintu kan buat lewat orang masak diduduki, ganggu orang lain)," terang Samini.

Seorang gadis tidak pantas jika duduk-duduk di depan pintu dengan gadis-gadis yang lain. Dikhawatirkan menimbulkan kebiasaan akan bercanda berlebihan dan tertawa keras.

Dalam budaya Jawa, hal itu dianggap tidak sopan. Tentu saja jika orang tua pemuda tidak akan mengizinkan anaknya menikahi gadis yang demikian.

2.
Tak bagus menyapu di malam hari

Selain dilarang duduk di tengah pintu, orang-orang tua Jawa dulu juga melarang anaknya menyapu di waktu malam. Mereka menganggap menyapu di malam hari tidak pantas untuk dilakukan.

"Bisa ganggu orang lain, malam hari kan waktu untuk istirahat," ujar Tokoh Masyarakat Jawa, Samini (65 tahun) saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Kamis (24/3).

Banyak waktu untuk melakukan bersih-bersih seperti menyapu. Alangkah lebih baiknya menyapu dilakukan pada siang atau siang hari.

Menyapu di malam hari menimbulkan bunyi-bunyi dan diyakini dapat mengundang makhluk halus. Selain itu, menyapu di malam hari dipercaya akan mempersulit untuk mencari rezeki.

3.
Tidak baik makan pantat ayam

Seringkali orang-orang Jawa melarang anaknya untuk makan daging ayam bagian brutu. Anak-anak dilarang makan brutu atau pantat ayam dengan dalih bisa menjadi bodoh atau pikun.

Tapi apa benar makan brutu akan membuat orang menjadi pelupa. "Anak-anak dianjurkan makan bagian kepala dan paha. Brutu bisa bikin bodoh," ujar Tokoh Masyarakat Jawa, Samini (65 tahun) saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Kamis (24/3).

Di sisi lain, bagian brutu atau pantat ayam ternyata merupakan bagian yang berlemak. Oleh karena itu, kemungkinan besar orang tua melarang anaknya makan brutu demi kesehatan anaknya. Jika banyak mengandung lemak akan menyebabkan kolesterol. Sehingga anaknya sering ngantuk dan tidak fokus belajar alias menjadi bodoh.

4.
Tidak baik makan bersisa, menyebabkan ayam mati

Banyak sekali larangan orang Jawa terhadap anaknya dengan menggunakan ungkapan 'Ora elok'. Termasuk 'Ora elok madang nyiso, mundak pitike mati (Tidak baik makan bersisa, menyebabkan ayam mati)'.

Kalau dikaji-kaji, alasannya memang tidak masuk akal. Justru kalau sisa makanan banyak, ayam kita akan gemuk. "Maksud nasihat orang tua bukan itu," ujar Tokoh Masyarakat Jawa, Samini (65 tahun) saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Kamis (24/3).

Dia menjelaskan, bukan tanpa sebab orang tua memberikan nasihat terhadap anaknya. Nasihat di atas, intinya adalah manusia harus tahu ukuran. Lebih baik nambah ketika makan dari pada mengambil banyak kemudian tersisa.

Petuah 'Tidak baik makan bersisa, menyebabkan ayam mati' juga mengingatkan agar manusia harus tahu diri. Di sini diingatkan, buang-buang makanan di larang, sementara di luar sana masih banyak manusia yang mengais sisa-sisa makanan.
 

Blog Archive