Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lagi-lagi curhat. Kali ini, Presiden ke-6 Indonesia itu mengeluhkan pola komunikasi pemerintahan Jokowi-JK yang dinilai sering menyalahkan pemerintahan pada era kepemimpinannya.
’’Saya masih mendengar kata-kata berlebihan, tidak fair. Katanya, pemerintahan SBY itu tidak berbuat apa-apa,’’ ujar SBY saat memaparkan materi dalam Penataran Kader Utama Demokrat di Hotel Novotel, Bogor, kemarin (28/3).
Topik utamanya adalah seputar negara, pemerintah, dan sistem nasional.
Pria kelahiran Pacitan itu mengakui ada beberapa hal yang belum berjalan optimal pada era pemerintahannya. “Tapi, too much kalau dibilang tidak berbuat apa-apa atau gagal total,” imbuhnya dengan ekspresi gusar.
SBY juga menanggapi tudingan bahwa pemerintahannya disebut penakut dan tidak berani mengambil kebijakan yang tak populer. Dia menjawabnya dengan mencontohkan kebijakan kenaikan harga BBM pada 2005.
’’Kami naikkan berapa? 140 persen. Pak Jokowi menaikkan 30 persen, itu juga bagus. Maka, tidak perlu ada kata-kata SBY tidak berani karena takut tidak populer,’’ ungkapnya.
Sebelumnya, SBY juga mengingatkan kadernya untuk mendampingi dan mengontrol pemerintahan. ’’Tolong dicamkan dan dijalankan,’’ tegas SBY. Kontrol terhadap pemerintahan Jokowi-JK, lanjut SBY, sangat penting untuk memastikan pemerintahan bisa sukses dan tidak menyimpang.
Penataran yang diikuti sekitar 250 pimpinan dan kader utama PD se-Indonesia itu dilangsungkan hingga 2 April nanti. Bukan hanya SBY, seluruh kader yang mengikuti panataran kompak menggunakan baret biru. Warna kebesaran partai yang didirikan pada 2001 itu. Ani Yudhoyono yang hadir mendampingi SBY juga memakainya.
Selain SBY, 20 menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dijadwalkan ’’turun gunung’’ untuk menyampaikan materi. Dalam paparannya, SBY tak lupa memaparkan pencapaian pemerintah selama 10 tahun kepemimpinannya. Paparan itu ditunjang pemutaran film dokumenter yang secara umum menceritakan beragam keberhasilan pada era SBY menjadi presiden.
’’Saya tidak menyalahkan siapa pun, baik pemerintahan Gus Dur maupun Ibu Mega. Kalau ada kekurangan (pada pemerintahan terdahulu, Red), saya ada di situ,’’ tutur SBY setelah pemutaran film.
Dia menambahkan, semua pemimpin telah berbuat optimal pada zamannya. Tentu ada yang dicapai, namun ada pula yang belum terwujud. ’’Kelak Presiden Jokowi juga begitu. Itu hakikat kesinambungan,’’ tandasnya.
Selain film dokumenter, paparan SBY tentang keberhasilan-keberhasilan pemerintahan pada eranya ditunjang info- grafis yang menampilkan sejumlah data kesuksesan.
Dimulai dari berbagai capaian di bidang ekonomi. Misalnya, peningkatan produk domestik bruto dan cadangan devisa negara, menurunnya rasio utang terhadap PDB, hingga turunnya jumlah penganggur. Pencapaian bidang infrastruktur, pertahanan, dan keamanan serta hukum tak tertinggal disampaikan.
’’Saya harap Pak Jokowi juga akan bisa menampilkan (infografis, Red) yang sama sehingga dari presiden ke presiden bisa melengkapi,’’ ujar SBY dengan sorot mata tajam menatap seluruh kader. Tepuk tangan pun terdengar bergemuruh. (jpnn)